pekerjaan = pacar (bukan suami!)
kalau saya dulu mencari pacar segiat saya mencari kerja, mungkin koleksi mantan saya akan lebih banyak dan lebih baik. tidak akan ada lagi penyesalan: kenapa dulu kuliah cuma pacaran sama satu orang? iya kalau orangnya bener, wong bajingan gitu...
kesimpulan itu didapat setelah dua pertemuan singkat yang saya lakukan di sela-sela kesibukan mengejar tenggat naik cetak majalah. saya memang punya dorongan aneh, setiap deadline pinginnya ketemu teman. makan malam atau siang bareng. sudah menjadi kebiasaan saya menyelinap pergi saat deadline. kebiasaan yang pasti dikutuk rekan sekantor saya. pembelaan saya: saya butuh hiburan dan tidak mau jadi gila di kantor.
jadi... pertemuan pertama adalah dengan teman dekat saya sewaktu kuliah. dia teman seangkatan dan sejurusan. sudah lama sekali kami tidak bertemu karena setelah kuliah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. banyak sekali kabar dia yang belum saya ketahui, demikian pula dia yang banyak tidak tau kalau saya sudah pindah kantor lima kali, dan kabar yang menjadi topik utama siang itu: kenapa akhirnya saya putus dan menikah dengan pria yang menjadi suami saya sekarang.
pada sesi pertemuan bersama kawan lama ini, kami sampai pada kesimpulan yang sama: penyesalan. kenapa kami setia dan hanya pacaran dengan satu orang pria selama kuliah? iya saya memang hanya pacaran satu kali, dan tidak pakai selingkuh, selama kuliah. keputusan yang saya sesali sampai sekarang. memang katanya penyesalan itu tidak baik, tapi saya harus mengakui kalau saya menyesal. karena memang itu yang saya rasakan. lagi pula, dari penyesalan biasanya datang pembelajaran.
lalu pertemuan kedua. saya bertemu dengan calon bos dalam rangka wawancara. maksudnya, dia yang mewawancarai saya.
saya memang sedang mencari pekerjaan baru, maka kembalilah saya pada rutinitas mengirim lamaran, menerima panggilan, wawancara, menunggu telepon. ini bukan rutinitas lama, ini rutinitas yang sudah biasa bagi saya yang sering berpindah-pindah pekerjaan.
kenapa saya senang berganti-ganti pekerjaan? karena saya bisa. karena saya mau membuka pilihan. karena saya tidak mau terjebak pada suatu pekerjaan atau tim atau kantor yang tidak nyaman.
nah, masalahnya kenapa saya tidak memiliki pikiran semacam itu saat pacaran? kenapa saya betah berada di situasi pacaran yang tidak menyenangkan. padahal itu kan hanya pacar, bukan suami. pacaran dan pernikahan adalah dua hal yang sangat berbeda. dan saya baru sadar kalau seharusnya saya tidak perlu sebegitu setianya pada pacar. pacar = pekerjaan, bukan suami, tidak perlu setia kalau tidak cocok. masih banyak pria lain yang bisa dijadikan pacar baru.
*yuk, cari pacar baru!
kesimpulan itu didapat setelah dua pertemuan singkat yang saya lakukan di sela-sela kesibukan mengejar tenggat naik cetak majalah. saya memang punya dorongan aneh, setiap deadline pinginnya ketemu teman. makan malam atau siang bareng. sudah menjadi kebiasaan saya menyelinap pergi saat deadline. kebiasaan yang pasti dikutuk rekan sekantor saya. pembelaan saya: saya butuh hiburan dan tidak mau jadi gila di kantor.
jadi... pertemuan pertama adalah dengan teman dekat saya sewaktu kuliah. dia teman seangkatan dan sejurusan. sudah lama sekali kami tidak bertemu karena setelah kuliah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. banyak sekali kabar dia yang belum saya ketahui, demikian pula dia yang banyak tidak tau kalau saya sudah pindah kantor lima kali, dan kabar yang menjadi topik utama siang itu: kenapa akhirnya saya putus dan menikah dengan pria yang menjadi suami saya sekarang.
pada sesi pertemuan bersama kawan lama ini, kami sampai pada kesimpulan yang sama: penyesalan. kenapa kami setia dan hanya pacaran dengan satu orang pria selama kuliah? iya saya memang hanya pacaran satu kali, dan tidak pakai selingkuh, selama kuliah. keputusan yang saya sesali sampai sekarang. memang katanya penyesalan itu tidak baik, tapi saya harus mengakui kalau saya menyesal. karena memang itu yang saya rasakan. lagi pula, dari penyesalan biasanya datang pembelajaran.
lalu pertemuan kedua. saya bertemu dengan calon bos dalam rangka wawancara. maksudnya, dia yang mewawancarai saya.
saya memang sedang mencari pekerjaan baru, maka kembalilah saya pada rutinitas mengirim lamaran, menerima panggilan, wawancara, menunggu telepon. ini bukan rutinitas lama, ini rutinitas yang sudah biasa bagi saya yang sering berpindah-pindah pekerjaan.
kenapa saya senang berganti-ganti pekerjaan? karena saya bisa. karena saya mau membuka pilihan. karena saya tidak mau terjebak pada suatu pekerjaan atau tim atau kantor yang tidak nyaman.
nah, masalahnya kenapa saya tidak memiliki pikiran semacam itu saat pacaran? kenapa saya betah berada di situasi pacaran yang tidak menyenangkan. padahal itu kan hanya pacar, bukan suami. pacaran dan pernikahan adalah dua hal yang sangat berbeda. dan saya baru sadar kalau seharusnya saya tidak perlu sebegitu setianya pada pacar. pacar = pekerjaan, bukan suami, tidak perlu setia kalau tidak cocok. masih banyak pria lain yang bisa dijadikan pacar baru.
*yuk, cari pacar baru!
Komentar
Posting Komentar