Gizi dalam Kemasan
Kebutuhan nutrisi terbaik berasal dari makanan.
Namun, kondisi tertentu membuat kita membutuhkan tambahan nutrisi
dari tablet suplemen.
Ada ratusan jenis suplemen yang dapat kita peroleh untuk mencukupi kebutuhan nutrisi. Biasanya suplemen mengandung vitamin dan mineral tertentu dalam bentuk tablet. Sekali telan, kebutuhan akan nutrisi tertentu langsung terpenuhi. Kelihatannya praktis bukan? Namun, apakah benar suplemen dapat memenuhi semua kebutuhan kita? “Kalau kita sudah menyantap makanan yang sehat dan kecukupan gizi pun sudah baik, kenapa harus mengambil suplemen? Suplemen bukan tidak berisiko bila dikonsumsi berlebihan,” kata dr. Inge Permadhi, MS, SpGK.
Sebelum melanjutkan konsumsi suplemen yang telah rutin kita lakukan, ada baiknya kembali melihat fungsi suplemen. Apakah benar kita membutuhkannya? Dan, suplemen seperti apa yang baik bagi tubuh? Kunci dari konsumsi suplemen yang baik adalah memilih yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. “Yang perlu diingat, jangan membiasakan konsumsi suplemen, karena nutrisi dari makanan tetap lebih baik,” dokter spesialis gizi tersebut menekankan.
Dalam mengonsumsi suplemen, kata ‘cukup’ perlu mendapat tekanan. Karena, kekurangan atau kelebihan jenis nutrisi tertentu dapat menimbulkan efek samping. Tubuh kita akan memberikan sinyal jika ada ketidakseimbangan nutrisi. Kenali tanda-tandanya dan pilih suplemen yang tepat. Jawaban dari 4 pertanyaan ini dapat membantu permasalahan suplemen kita, tapi sebaiknya kita tetap berkonsultasi dengan dokter sebelum memilih suplemen.
Tanya #1
Apakah nutrisi dalam suplemen sama baiknya dengan nutrisi dalam makanan?
Hingga saat ini belum ada suplemen yang kandungan nutrisinya setara dengan makanan. “Makanan yang komposisinya seimbang dan bervariasi jauh lebih baik dari konsumsi suplemen apapun,” dr. Inge menegaskan. Makanan adalah paket nutrisi yang kompleks dengan berbagai manfaat kesehatan tambahan yang tidak dimiliki suplemen.
Contohnya, buah jeruk mengandung vitamin C, plus karotin, folat, kalsium, dan serat. Nutrisi plus itu tidak didapat dari tablet vitamin C. Sama halnya dengan segelas susu yang mengandung kasium, plus protein, vitamin D, fosfor, dan magnesium. Tidak semua nutrisi yang dibutuhkan untuk tulang yang sehat tersebut ada pada suplemen kalsium.
Selain rasanya yang lebih enak, ada alasan lain kenapa kita sebaiknya memenuhi kebutuhan nutrisi dari makanan dan bukan dari tablet suplemen.
- Komponen lain dalam makanan dapat meningkatkan penyerapan nutrisi oleh tubuh
- Bentuk bahan kimia nutrisi dalam tablet suplemen dapat berbeda dari bentuk alaminya dalam makanan. Ada kemungkinan penyerapan tubuh terhadap nutrisi tersebut menjadi tidak maksimal.
- Suplemen dosis tinggi dapat membuat tubuh kesulitan menyerap nutrisi lain.
Sebagai tambahan, makanan dari tanaman memiliki phytochemicals yang mengandung antioksidan dan mampu melindungi tubuh dari serangan kanker, penyakit jantung, dan diabetes. Banyak penelitian yang menemukan, orang yang makan buah dan sayuran secara rutin dalam jumlah besar, rata-rata memiliki risiko kanker, penyakit jantung, dan diabetes lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang tidak. Dan, belum ada penelitian yang mampu membuktikan suplemen dapat memberikan manfaat yang sama.
Tanya #2
Pada kondisi tubuh seperti apa kita membutuhkan suplemen?
Pada kesempatan tertentu suplemen vitamin dan mineral kita perlukan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah munculnya masalah-masalah kesehatan. Ada dua kondisi yang membuat kita tidak dapat memperoleh nutrisi yang mencukupi: makanannya kurang atau tubuh kita yang tidak mampu menyerapnya.
“Suplemen sebenarnya dibutuhkan terutama pada orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya akan vitamin dan mineral karena beberapa hal, misalnya pada wanita yang sedang hamil dan menyusui, orang yang sedang sakit, atau pada orang yang konsumsinya terbatas, misalnya karena alergi makanan,” dr. Alyya Siddiqa, Sp.FK.
Dokter spesialisasi Farmakologi Klinik ini menambahkan, pemilihan suplemen harus disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya pada kasus ibu hamil, anemia karena kekurangan zat besi, atau pada kasus penyakit tertentu yang menyebabkan gangguan absorpsi mineral dan vitamin. Oleh karena itu, ada baiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Sebagian dari kita tidak memperoleh nutrisi yang cukup karena tidak menyantap makanan yang seimbang, atau kita memiliki kebutuhan nutrisi lebih besar karena sedang mengandung, sakit, atau tingkat aktivitas yang tinggi. Kita mungkin juga sengaja tidak memakan jenis makanan tertentu karena tidak suka sayuran, tidak suka buah, atau karena menjalani pola makan vegetarian atau vegan. Tidak makan pagi atau malam, berdiet, atau banyak menyantap junk food juga dapat membuat kita kurang gizi.
Konsumsi alkohol dan lemak dalam jumlah tinggi, serta minum jenis obat tertentu juga dapat membuat kebutuhan akan nutrisi tertentu meningkat. Beberapa jenis penyakit dan obat-obatan juga membuat tubuh sulit menyerap zat tertentu. Selain itu, dokter mungkin juga akan menganjurkan konsumsi suplemen jika:
- Lansia yang tidak bisa makan dengan baik dan jarang terkena sinar matahari.
- Alergi makanan tertentu misalnya susu dan produk turunannya.
- Menjalani diet rendah kalori, memiliki masalah pencernaan, atau sehabis menjalani operasi.
- Perokok atau peminum berat.
- Mengonsumsi obat tertentu dalam jangka waktu yang lama.
- Kurang makan atau hanya mengonsumsi kurang dari 1.600 per hari
- Mengalami pendarahan hebat saat menstruasi
- Masuk masa pascamenopause
Tanya #3
Apa saja suplemen penting apa yang dibutuhkan wanita?
>> Asam Folat. Wanita yang mengandung sebaiknya rutin meminum suplemen yang dapat memenuhi kebutuhan harian 400 mcg asam folat. Folat membantu mencegah Neural Tube Defects (NTD). NTD adalah cacat yang terjadi pada otak dan sumsum tulang belakang, karena tabung saraf tulang belakang tidak menutup sempurna. Kelainan ini dapat membuat bayi lahir dengan Spina Bifida (Cacat Tulang Belakang) atau Anencephaly. Kemungkinan yang bisa dialami bayi penderita anencephaly adalah cacat fisik seperti buta, tuli, dan tidak memiliki pergerakan refleks. Tabung syaraf tulang belakang pembentukannya terjadi di masa-masa awal kehamilan. Oleh sebab itu, konsumsi suplemen asam folat sebaiknya dilakukan sebelum kita menyadari kalau tengah hamil.
>> Kalsium. Kita disarankan menambah asupan kalsium dari suplemen untuk membantu menjaga massa tulang sejak dini. Tindakan preventif ini akan membuat kita terhindar dari ancaman osteoporosis atau berkurangnya kepadatan tulang. Wanita di bawah usia 24 sebaiknya meminum suplemen yang mampu memenuhi kebutuhan 1.200 mg kalsium harian. Setelah melewati usia 25, kita dapat mengurangi asupan kalsium menjadi 800 mg per hari.
>> Zat Besi. Tiap bulan kita kehilangan zat besi melalui proses menstruasi. Suplementasi zat besi 15 mg per hari dapat membantu kita menjaga agar tubuh tidak kekurangan zat besi atau anemia. Anemia adalah kondisi yang dapat menyebabkan kita tampak pucat, sakit kepala, dan lekas lelah. Selain dari tablet suplemen, zat besi dapat diperoleh dari makanan seperti daging, ikat, kacang polong, buncis, dan bayam. Kelebihan zat besi dapat membahayakan kesehatan. Jadi, sebaiknya kita meminta saran dokter sebelum memakai suplemen zat besi.
>> Vitamin D. Beberapa penelitian menunjukkan, Vitamin D dapat melindungi kita dari kanker usus dan payudara. Vitamin D terbukti meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah infeksi pernafasan dan influenza. Vitamin yang dapat diperoleh dari sinar matahari pagi ini juga mampu mengatur tingkat kalsium dalam tubuh. Kita sebaiknya mengonsumsi minimum 400 IU Vitamin D per hari. Bila kita obesitas atau memiliki kulit gelap, sebaiknya bicarakan dosis yang dibutuhkan dengan dokter. Karena, kita membutuhkan lebih dari dosis minimal.
>> Vitamin C. Vitamin C merupakan antioksidan yang dapat mencegah beberapa jenis kanker, penyakit jantung, stroke, hipertensi, dan katarak. Kekurangan Vitamin C dapat menimbulkan penyakit rakitis yang membuat kita pendarahan, sariawan, kerontokan rambut, gigi tanggal, dan sakit pada persendian. Wanita membutuhkan 75 mg Vitamin C tiap hari. Sumber Vitamin C yang banyak diperoleh dalam jeruk, strawberi, apel merah, dan brokoli. Vitamin C yang mudah larut dalam air sehingga kita kadang membutuhkan suplementasi untuk memastikan kecukupannya. “Vitamin C bila berlebih akan dibuang lewat urin, sehingga konsumsi berlebihan percuma saja,” kata dr. Alyya.
Tanya #4
Setelah menemukan suplemen yang tepat, apa yang sebaiknya kita lakukan?
>> Cek pada label suplemen. Baca petunjuk produk baik-baik. Cari tahu nutrisi apa saja yang yang terkandung dalam tiap dosisnya dan berapa dosis yang sesuai dengan kebutuhan kita. “Suplemen berisiko menyebabkan alergi dari bahan tambahannya (bahan campurannya). Oleh karena itu, perlu diketahui dengan jelas apa saja kandungan suplemen tersebut,” ujar dr. Alyya. Selain itu juga ada risiko interaksi obat yang mungkin menghasilkan reaksi yang tidak diinginkan sehingga kita perlu konsultasi untuk memastikan bahwa suplemen yang diminum benar-benar aman.
>> Hindari suplemen dosis tinggi. Secara umum, kita sebaiknya memilih suplemen yang menyediakan 100 persen kebutuhan harian dalam tiap dosisnya. Pengecualian pada suplemen kalsium yang tidak mencakup 100 persen kebutuhan harian dalam tiap dosis, karena ukuran tabletnya akan terlalu besar untuk ditelan..
>> Periksa ada tidaknya nomor registrasi di Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Ini untuk memastikan suplemen yang kita konsumsi sesuai standar kesehatan.
>> Pastikan tanggal kadaluwarsa. Suplemen dapat berkurang khasiatnya seiring berjalannya waktu, terutama dalam suhu udara yang panas dan lembap. Jangan membeli suplemen yang tidak memiliki tanggal kadaluwarsa. Dan buang suplemen jika sudah melewati tanggal kadaluwarsa.
>> Simpan suplemen vitamin dan mineral di tempat yang aman. Taruh di kotak atau lemari yang memiliki kunci agar tidak dapat dijangkau anak-anak. Simpan di tempat yang kering dan sejuk. Hindari tempat yang panas, lembap, seperti kamar mandi.
>> Baca berita di media atau situs Badan POM untuk mencari tahu aman tidaknya suplemen yang kita konsumsi. Ikuti pula berita mengenai penarikan produk suplemen tertentu.
(pernah dipublikasikan di Majalah Prevention Indonesia edisi Juli 2011)
Komentar
Posting Komentar