#puitwitku


--dalam usaha menjadi jokpin--





kala bulan bujang masih lajang, 
lipstiknya merah tebal. 
dia ingin pungguk menatap lekat-lekat 
senyum yang merekah lebar.





emak membekali gula saat kuberangakat ke pelaminan. 
taburkan saat manis habis dan kau jadi sepah, 
bisiknya terbata.





dalam setiap perjamuan, 
perut diangkat menjadi panglima. 
ia harus menggantikan otak yang lelah 
diserang kenyataan





kata mengaduh haduh, 
menggigil di luar benak, 
menunggu dibukanya pintu sajak





saat setiap ah dibalas dengan haduh, 
ada yang harus menghentikan gagah 
dan melepaskan pasrah





konon, di negeri haduh 
berkuasalah seorang raja 
yang tak mampu berkata-kata. 
dia hanya bisa prihatin...





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Joko Pinurbo dan Makna Rumah dalam Personifikasi Kulkas, Ranjang dan Celana

Puisi-puisi Norman Erikson Pasaribu dan Pentingnya Keragaman dalam Sastra Indonesia

Rahim dan Kepahitan Perempuan dalam Patiwangi Karya Oka Rusmini