Apakah Anda Mengalami Binge Eating Disorder?





Apakah Anda tidak mampu berhenti makan? Apakah Anda berdiet dan sering gagal lalu diikuti rasa bersalah yang berlebihan? Apakah porsi makan Anda sangat berlebihan? Apakah porsi makan berlebihan itu membuat Anda malu dan sering makan diam-diam saat tidak ada orang? Apakah Anda sering kekeyangan dan tidak bisa merasakan lapar?

Jika banyak jawaban iya dari pertanyaan di atas, bisa jadi Anda terkena Binge Eating Disorder atau BED. Orang dengan gangguan BED mengalami beberapa episode makan berlebih yang cukup sering. Seperti orang dengan Bulimia, pada episode ini mereka akan kehilangan kontrol diri, lalu menyesal dan malu setelahnya. “Perilaku ini menjadi lingkaran setan karena semakin mereka menyesali episode binge, semakin banyak pula makanan yang dikonsumsi di episode berikutnya. Karena orang dengan binge eating disorder tidak purge, puasa, atau berolahraga setelah makan berlebihan, mereka cenderung kelebihan berat badan atau obesitas," ujar Tara de Thouars, BA, M.Psi, Psikolog dari klinik lightHOUSE.

Baru-baru ini PT Shape UP Indonesia mengadakan penelitian kepada 100 pasien peduli berat badan di klinik lightHOUSE, Jakarta pada tahun 2013. Penelitian yang dilakukan Psikolog Tara ini menemukan prevalensi BED sedang sebanyak 64%, parah 6%, dan 30% mengalami sedikit gangguan atau tidak sama sekali. "Sementara untuk penderita Bulimia/Anorexia sebanyak 32%," ujar Psikolog Tara.

Psikolog Tara menjelaskan, di Amerika penderita Bulimia dan Aorexia memang lebih banyak. Itulah kenapa dua gangguan makan ini masuk dalam kategori diagnosa eating disorder dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition (DSM-IV). Namun, sejak Desember 2013 dalam DSM V Binge Eating Disorder sudah masuk dalam eating disorders specified dan bukan lagi dalam jenis eating disorders not otherwise specified (EDNOS).

Menurut Psikolog Tara, yang dimaksud dengan specified adalah BED pada DSM 5 sudah termasuk kepada kategori Eating Disorder spesifik dengan gejala tersendiri dan terpisah dari gangguan makan ataupun gangguan kejiwaan lain. “Sebelumnya pada DSM 4 BED masih masuk kedalam EDNOS, karena masih dianggap rancu dengan gangguan-gangguan lainnya oleh para ahli jiwa. Tetapi mulai DSM 5, BED telah menjadi gangguan yang spesifik dan khusus sehingga bisa mendapatkan treatment terpisah daripada gangguan-gangguan lain,” ia menerangkan.


(dibuat untuk website kantor)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Joko Pinurbo dan Makna Rumah dalam Personifikasi Kulkas, Ranjang dan Celana

Puisi-puisi Norman Erikson Pasaribu dan Pentingnya Keragaman dalam Sastra Indonesia

Rahim dan Kepahitan Perempuan dalam Patiwangi Karya Oka Rusmini